Yuk kurangi konsumsi sampah plastik kita!

Tahukah kamu kalau lebih dari 70% dari sampah yang ada di laut adalah plastik? (Gambar 1). Sampah plastik ini sangat beragam dari segi ukuran, mulai dari yang sangat kecil seperti plastik fiber dari botol plastik atau fragmen-fragmen plastik kecil, hingga yang berukuran cukup besar seperti botol plastik, kantung plastik hingga jaring nelayan. Dan tahukah kamu kalau 80% sampah yang di laut itu land-based? artinya sumbernya berasal dari darat dan berakhir di laut.


Gambar 1. Plastik mendominasi sampah di laut (Tekman et al 20171)

Jambeck dkk2 melakukan penelitian terkait input sampah plastik ke laut dari 192 negara-negara pesisir pada tahun 2010 dan diperkirakan rata-rata 8 juta ton sampah plastik masuk ke laut pada tahun tersebut. Jumlah tersebut setara dengan bobot 1.3 juta gajah afrika. Coba deh bayangkan gajah afrika sebanyak itu berjejer berenang di laut dan setiap tahunnya bertambah? Dan sayangnya Indonesia meyumbang 1,2 juta ton, nomor dua setelah China2. Terus kenapa kalau banyak sampah di laut? Masalahnya, laut itu rumah bagi banyak hewan laut lho!


Gambar 2. Paus terdampar dengan pencernaan penuh sampah plastik (University of Bergen)

Apabila hewan laut terjerat oleh sampah plastik, hewan tersebut dapat terikat hingga mati. Sebagai contoh, penyu yang terjerat pada sampah plastik atau jaring nelayan sehingga tidak dapat mengambil udara untuk bernapas. Selain itu, hewan yang terjerat sampah plastik akan kesulitan mencari makan dan menghindari predator, atau kelelahan sehingga menyebabkan kelaparan dan tenggelam3. Selain terjerat, hewan yang menelan sampah plastik juga dapat mengalami efek yang mematikan. Hal ini umumnya disebabkan oleh saluran pencernaan yang tertutup atau terluka akibat sampah plastik yang tertelan. Hal ini dapat menyebabkan kematian karena hewan menjadi tidak fit karena kurang nutrisi dan mengalami infeksi saluran pencernaannya. Contohnya, Stephanis dkk4 yang menemukan 7.8 kg sampah plastik dan diduga menyebabkan kematian seekor paus sperma karena merobek saluran pencernaannya.

Yang lebih menyeramkan lagi, penelitian-penelitian terbaru banyak menemukan sampah plastik berukuran mikro (mikroplastik) di saluran pencernaan ikan yang kita konsumsi.

Gambar 3. Mikroplastik dengan ukuran <5 mm (Akbar Reza)

Seperti pada penelitian Rochman dkk5 yang menemukan 28% ikan konsumsi yang di uji dari sampel yang diambil dari Makassar mengandung mikroplastik. Terlebih, penelitian oleh Karami dkk yang menguji kandungan mikroplastik pada 17 merk garam dari 8 negara berbeda (Australia, Prancis, Iran, Jepang, Malaysia, Selandia Baru, Portugal, dan South Afrika) secara mengejutkan menemukan mikroplastik pada 16 dari 17 merk garam yang diuji6. Penelitian serupa oleh Yang dkk7 di China juga menemukan mikroplastik pada garam yang diuji. Padahal garam adalah salah satu bumbu dapur yang selalu kita pakai sehari-hari. Meskipun kandungan mikroplastik pada garam yang diuji relatif sedikit (1-10/kg)6 dan efeknya memang masih belum diketahui pasti, tapi Teuten dkk8 menemukan bahwa plastik memiliki kemampuan menyerap polutan yang sangat baik. Wardrop dkk9 menyebutkan plastik mampu menyerap polutan di sekelilingnya dan dapat bersifat 1 juta kali lebih toksik dari lingkungan sekitarnya. Bagaimana jika pada akhirnya plastik yang sudah terkontaminasi itu tidak sengaja kita konsumsi? Mengerikan bukan? Terus apa sih yang bisa kita lakukan sebagai individu?

Saya sendiri sedang mengusahakan hidup yang less-plastic. Memang sulit untuk benar-benar lepas dari plastik 100% tapi semua usaha bermula dari 0% bukan? Sejauh ini, ada beberapa tips yang saya lakukan hampir 2 tahun belakangan dan mungkin bisa kamu lakukan untuk mengurangi konsumsi plastikmu

1)    Utamakan Refuse

Biasakan untuk menolak (refuse) dahulu, sebelum kita masuk ke tahap reduce, reuse dan recycle (3R) yang ternama itu. Dari mulai menolak kantung plastik ketika di minimarket, atau menolak menggunakan sedotan saat minum es kopi susu. Hal ini tentu akan mengurangi jumlah sampah plastik yang sebenarnya tidak kita butuhkan lho! Sebagai pengganti sedotan plastik, kamu bisa pakai sedotan stainless steel atau langsung meneguk dari gelasnya. Perlu kamu ketahui soal sedotan, dilansir dari National Park Service US, penduduk di Amerika sendiri menggunakan hingga 500 juta sedotan setiap harinya. Artinya, dalam setahun butuh 180 milyar sedotan. Dengan asumsi, misal 1% nya tidak berhasil didaur ulang dan panjang sedotan 20 cm, maka kita bisa memperoleh angka 365.000 km. Asal kamu tahu, jarak bulan ke bumi itu kisaran 380 ribuan km lho! Berminat manjat ke bulan pakai sedotan? Ingat, itu baru Amerika saja dan baru bahas sedotan. Bagaimana dengan kantung plastik di Indonesia? Kristiyanto10, analis dari Kemenko Kemaritiman dalam paparannya pada International Symposium on Marine Plastic Debris Pollution menyebutkan bahwa sampah kantung plastik yang masuk ke lautan Indonesia setiap tahun setara dengan 715 pesawat airbus A380, sebuah pesawat besar bertingkat dua dengan kapasitas 500-800 penumpang. Sekali lagi, 715 pesawat airbus A380. Kalau terbang bersamaan mungkin bisa membuat macet padat merayap di langit. Mulai sekarang, yuk dikurangi sedotan dan kantung plastiknya

2)    Bawa botol minum sendiri / tumblr

Saya cukup senang karena budaya membawa botol minum sendiri sudah semakin lumrah, apalagi buat generasi milenials dan generasi Z. Meskipun di Indonesia belum banyak tap water yang bisa langsung diminum di pinggiran jalan seperti di luar negeri, tapi nyatanya kita sudah semakin terbiasa membawa botol minum sendiri. Hail dispenser!

3)    Bawa tas belanja

Ini nih yang sering kita teledor, masalahnya sekarang hampir semua hal dibungkus pakai plastik. Dari mulai beli buah yang sebenarnya kulitnya secara alami sangat efektif memperlambat laju pembusukan, eh jaman sekarang buah di supermarket seringkali dijual dalam kondisi dikupas lalu ditata rapih menggunakan Styrofoam dan dibungkus plastik. Atau sekedar membeli gorengan pinggir jalan, sepertinya sudah jarang yang menggunakan kantung kertas dan umumnya langsung pakai plastik. Selain itu syukurnya sekarang nampaknya sudah menjadi sesuatu yang lazim jika di minimarket kita tidak menggunakan plastik dan membawa tas belanja sendiri. Tas belanja adalah salah satu teman terbaikmu! Bawa dia kemana-mana ya.

4)    Hati-hati pilih sabun cuci muka

Apa sih yang biasanya membuat kamu memilih produk sabun muka tertentu? Buat saya, selain kecocokan harga dan kulit, harus juga cocok secara komposisi. Masih banyak beberapa sabun muka dari merk ternama yang menggunakan microbead, yaitu bahan extrafoliat untuk “menggosok” muka kita agar lebih bersih nan kinclong. Sayangnya, microbead ini sintetis dari bahan polyethylene atau plastik lainnya. Jadi pada dasarnya, microbead ini ya microplastik. Artinya, setiap kamu cuci muka, kamu nyampah. Kamu bisa cek merk-merk yang masih mengandung microbead yang biasanya ditulis polyethylene di komposisinya, atau kalau kamu ingin liat list lengkap brand yang masih menggunakan microbead, serta ikut gerakan #beatthemicrobead, bisa diakses di http://www.beatthemicrobead.org/ .

5)    Pilih bahan alami untuk bajumu

Tahukah kamu kalau pakaian yang kita gunakan adalah salah satu sumber sampah plastik mikro (mikroplastik) yang ada di laut? Bahan pakaian kita yang sintetis seperti seperti Acrylic, nylon dan polyester adalah sumber mikroplastik juga lho! Penelitian dari Napper dan Thompson11 menemukan bahwa setiap kita mencuci pakaian kita, hingga 700.000 mikroplastik fiber dapat di lepaskan ke saluran pembuangan atau saluran drainase dan berakhir di laut. Jadi, jika memungkinkan, selalu pilih bahan alami seperti dari katun, linen atau wool.

Jika ditanya, apakah kebiasaan kita atau sifatnya individu ini dapat menyelesaikan permasalahan sampah plastik di sekitar kita, jawabannya tentu tidak. Masih banyak pekerjaan rumah yang sifatnya sistemik seperti sistem pengemasan makanan, atau system daur ulang sampah plastik, dll. Tapi dengan semakin banyak orang yang sadar untuk hidup yang less-plastic, maka jumlah sampah plastik yang diproduksi akan semakin sedikit. Bayangkan jika 7,6 milyar manusia mampu hidup mengurangi konsumsi sampah plastiknya, maka jumlah plastik yang diproduksi dan berpotensi mencemari laut tentu akan sangat berkurang. Terlebih, jika semakin banyak orang memiliki mindset yang sama, maka suatu saat dapat menjadi political will yang mampu merubah kebijakan. Terakhir, karena kebaikan itu menular, yuk tularkan kebiasaan baik kamu dengan teman-teman sekitarmu! Let’s breakfree from plastic!

Kontributor : Akbar Reza

Referensi

[1] Tekman et al. 2017. Litterbase: online portal for marine litter

[2] Jambeck et al. 2015. Plastic waste inputs from land into the ocean. Science  

[3] Bergmann et al. 2015. Marine anthropogenic litter. Springer

[4] De Stephanis, Renaud, et al. 2013. As main meal for sperm whales: Plastic debris. Marine pollution bulletin

[5] Rochman et al. 2015. Anthropogenic debris in seafood: Plastic debris and fibers from textiles in fish and bivalves sold for human consumption. Scientific reports

[6] Karami et al. 2017. The presence of microplastics in commercial salts from different Countries. Scientific reports

[7] Yang et al. 2015. Microplastic pollution in table salts from China. Environmental science & technology

[8] Teuten et al. 2007. Potential for plastics to transport hydrophobic contaminants. Environmental science & technology

[9] Wardrop et al. 2016. Chemical pollutants sorbed to ingested microbeads from personal care products accumulate in fish. Environmental science & technology

[10]Kristiyanto. 2017. Regulating plastic-bags in Indonesia: challenges and opportunities. International symposium on marine plastic debris pollution 

[11] Napper and Thompson. 2016. Release of synthetic microplastic fibres from domestic washing machines: effects of fabric type and washing conditions. Marine pollution bulletin

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.