Mengapa warna sangat bermakna? Refleksi fenomena pemutihan karang akibat peningkatan suhu laut

Kontributor : Akbar Reza

Karang merupakan hewan dari phylum Cnidaria yang hidupnya berkoloni membentuk terumbu. Oleh karena itu istilah terumbu dan karang sesungguhnya adalah dua istilah berbeda dimana karang merupakan individu sedangkan terumbu adalah koloni dari gabungan banyak individu. Karang sebagai hewan tidak hidup sendiri melainkan bersimbiosis dengan algae dinoflagellate bergenus Symbiodinium atau biasa disebut zooxanthellae. Melalui symbiosis ini karang memperoleh hampir 90% kebutuhan energinya dari hasil fotosintesis zooxhantellae tersebut. Selain energi, melalui simbiosis inilah karang memiliki warna yang sangat beragam. read more

Ekosistem Padang Lamun

Karakteristik Padang Lamun

Dasar laut dangkal banyak ditutupi oleh tumbuhan akuatik yang sering disebut seagrassess (lamun). Lamun merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang dapat hidup di laut (Hemminga and Duarte, 2000). Padang lamun ini membentuk karpet yang tebal hingga mencapai 4000 helai daun per meter persegi menutupi dasar laut dan membentuk komunitas yang sangat mencolok di laut dangkal baik di tropika maupun temperate. Ekosistem padang lamun memiliki peran sangat penting baik secara ekologi maupun biologi di kawasan pesisir dan estuari. Tumbuhan ini berperan sebagai produsen dan menyediakan makanan bagi penyu, dugong, invertebrata herbivora, dan ikan herbivora. Daun-daun lamun yang mati akan terendapkan di dasar laut dan didekomosisi oleh detritifor (Nyibakken, 1993). read more

Mengenal Lahan Gambut dan Upaya Restorasinya di Indonesia

Rawa gambut adalah ekosistem yang dicirikan oleh akumulasi serasah atau sisa tanaman yang membusuk di bawah kondisi terendam air. Lahan gambut memiliki fungsi penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem di sekitarnya seperti mengatur tata air, penyimpan karbon, dan sumber kehidupan bagi penduduk setempat. Selain itu, lahan gambut juga merupakan habitat dari beberapa spesies yang terancam punah seperti harimau Sumatera, orangutan, dan buaya Sinyulong.

Berdasarkan data Indonesian National Carbon Accounting System , pada tahun 2011 luas lahan gambut di Indonesia mencapai 14.834.000 ha (INCAS – Inventarisasi Emisi dan Serapan Gas Rumah Kaca Nasional pada Hutan dan Lahan Gambut di Indonesia, 2015). Terkait hal tersebut, lahan gambut di Indonesia menempati peringkat pertama lahan gambut terluas di wilayah tropika dan keempat terbesar di dunia menurut versi International Peatland Society. read more

Hutan kota, pentingkah bagi kita?

Seringkah Anda merasakan teriknya matahari disaat jeda lampu di persimpangan jalan? atau turut merasakan asap hitam yang keluar dari knalpot bus kota? Ya, hal tersebut memang sangat mengganggu kenyamanan kita sebagai pengguna jalan, terutama di Kota Yogyakarta yang notabene didominasi pengguna sepeda dan sepeda motor. Seakan belum cukup memberikan penderitaan, kemacetan disaat jam berangkat dan pulang kantor juga turut membuat tekanan batin. Lantas, apa hubungan hutan kota dengan berbagai permasalahan urban tersebut? read more

Fitoremediasi, solusi alternatif untuk mengurangi pencemaran tanah secara estetis

Pencemaran tanah secara antropogenik dalam beberapa dekade terakhir telah menjadi masalah serius bagi lingkungan dan kesehatan. Aktivitas industri seperti penambangan dan  penyepuhan perhiasan menghasilkan limbah logam berat beracun yang dapat mencemari tanah [1]. Apabila pencemaran tersebut terjadi dekat dengan wilayah pemukiman, maka dampaknya akan sangat besar manakala logam berat tersebut terakumulasi ke manusia melalui proses biomagnifikasi dalam rantai makanan [2]. Tidak menutup kemungkinan di masa yang akan datang, Tragedi Minamata seperti yang terjadi di Jepang akan terulang kembali. Beberapa upaya konvensional untuk mengatasi hal tersebut, misalnya dengan pengangkatan lapisan tanah yang tercemar, dinilai terlalu mahal dan dapat merusak lingkungan. Oleh karena itu, dibutuhkan solusi alternatif yang berkelanjutan untuk mengurangi pencemaran tanah tersebut [3]. read more

Hutan Tanaman Rakyat dalam Mengurangi Erosi Tanah

Hutan Tanaman Rakyat (HTR) merupakan program besutan pemerintah pusat dalam menangani dua hal, yakni masalah ekonomi masyarakat dan masalah lingkungan. Secara resmi, definisi dari HTR adalah hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh kelompok masyarakat untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka menjamin kelestarian sumber daya hutan[2]. HTR berbeda dengan Taman Nasional dan lahan pertanian pada umumnya, karena HTR secara spesifik mewajibkan pemilik lahan untuk menanami lahannya dengan pohon namun pohon tersebut dapat ditebang untuk dijual, dengan syarat bahwa lahan HTR harus ditanami kembali dengan pohon sesuai dengan ketentuan yang berlaku. HTR memberikan jaminan dan legalitas hukum bagi masyarakat yang ingin memiliki lahan yang khusus digunakan untuk menanam pohon. read more

Yuk kurangi konsumsi sampah plastik kita!

Tahukah kamu kalau lebih dari 70% dari sampah yang ada di laut adalah plastik? (Gambar 1). Sampah plastik ini sangat beragam dari segi ukuran, mulai dari yang sangat kecil seperti plastik fiber dari botol plastik atau fragmen-fragmen plastik kecil, hingga yang berukuran cukup besar seperti botol plastik, kantung plastik hingga jaring nelayan. Dan tahukah kamu kalau 80% sampah yang di laut itu land-based? artinya sumbernya berasal dari darat dan berakhir di laut.


Gambar 1. Plastik mendominasi sampah di laut (Tekman et al 20171) read more

Penanaman Pohon untuk Konservasi Air di Kabupaten Gianyar

Minggu (30/10) Fakultas Biologi UGM melakukan kegiatan penanaman pohon di Derah Aliran Sungai (DAS) Pakerisan hulu. Kegiatan tersebut merupakan kerja sama Fakultas Biologi UGM dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Gianyar. Upacara kegiatan penanaman pohon dilakukan di Pura Tirta Empul dan dihadiri oleh Ketua Badan Lingkungan Hidup, Bapeda, Perwakilan DPRD, Perwakilan DInas Pariwisata, delegasi dari Fakultas Biologi UGM, serta Pemerintah kecamatan, Desa dan masyarakat setempat. Tidak kurang dari 1090 bibit dari 28 jenis tanaman yang diberikan kepada masyarakat DAS Pakerisan hulu, yang diwakili oleh masyarakat Tirta Empul, Manukaya, Pura Mangening, Saraseda dan Pura Gunung Kawi. Bibit Pohon disumbangkan oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gianyar. read more